Lima Mitos Salah tentang Indonesia


Banyak orang tercengang dengan pertumbuhan Indonesia bisa secepat sekarang. Bagaimana bisa terjadi? Namun sayangnya banyak orang salah persepsi. Oleh karena itulah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono perlu untuk menjelaskan lima mitos pertumbuhan Indonesia, sambil mengutip laporan Institut McKinsey, lembaga think-tank ekonomi dan pemerintahan global, yang menyangkal lima mitos tersebut.

“Dalam laporannya, McKinsey mengutip dan menyangkal setidaknya lima mitos tentang Indonesia. Sekarang saya akan menjelaskan secara singkat lima mitos tersebut dan berharap tidak ada lagi perdebatan mengenai hal tersebut,” kata Presiden SBY dalam pidatonya pada Indonesia Investment Day di Bursa Saham New York atau New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Senin (24/9) pagi waktu setempat.

Mitos pertama adalah bahwa perekonomian Indonesia relatif tidak stabil. Kenyataannya, ujar Presiden SBY sambil mengutip laporan McKinsey bertajuk The Archipelago Economy: Unleashing Indonesia’s Potential tersebut, pertumbuhan Indonesia lebih konsisten dibandingkan negara-negara anggota Organisasi untuk Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi atau OECD maupun BRIC (Brasil, Rusia, India, Cina).

“Sejak tahun 2001, perekonomian Indonesia telah secara konsisten tumbuh cepat setiap tahun, kecuali pada tahun 2009 yang tumbuh 4,6 persen karena krisis keuangan global,” SBY menjelaskan. Tahun ini Indonesia memproyeksikan pertumbuhan 6,5 persen.

Mitos kedua, cerita bahwa pusat pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya bertumpu di Jakarta. Kenyataannya, kota-kota besar lain dan kota menengah juga tumbuh, seperti Surabaya, Makassar, dan Medan.

Mitos nomor tiga mengatakan bahwa perekonomian Indonesia tidak berbeda dari model pertumbuhan yang didorong ekspor dari negara Macan Asia. “Yang benar adalah bahwa ekspor memainkan peran yang jauh lebih sederhana dalam perekonomian Indonesia daripada yang mereka lakukan dalam ekonomi Macan Asia seperti Malaysia dan Thailand,” Presiden menambahkan.

Menurut mitos nomor empat, perekonomian Indonesia terutama didorong oleh sumber daya alam. “Kenyataannya adalah bahwa peran sumber daya, sebagaimana ekspor, secara proporsional mulai berkurang dibandingkan dengan peran investasi dan konsumsi,” kata Kepala Negara.

Sedangkan mitos kelima menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia didorong oleh perluasan tenaga kerja. Faktanya, tenaga kerja di Indonesia memang besar, namun produktivitasnya juga meningkat. “Memang ada ruang untuk perbaikan angkatan kerja dan kami sedang melakukan hal itu,” ujar SBY.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More