Visi dan Misi


Sebuah Cita Mewujudkan Masyarakat Tangerang yang Sehat, Cerdas, Mandiri dan Sejahtera
Bismillahirrahmanirrahiem
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabbarakatuh

Saudara-saudaraku yang Saya cintai
Puji dan Syukur patut kiranya kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Hanya berkat Rahmat dan HidayahNYA, kita semua dapat senantiasa melaksanakan aktivitas dan amal ibadah setiap hari. Amien. Shalawat dan Salam, kita limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah memancarkan sinar gemilang dan menyebar-luaskan Islam, sebagai Agama yang Rahmatan Lil Alamien.

Saudara-Saudara yang Saya Hormati
Dalam kesempatan ini, perkenankan saya menyampaikan butir-butir pemikiran, dalam bentuk visi dan misi, untuk bersama-sama seluruh kekuatan dan potensi yang ada, menggerakan kemajuan dan kemaslahatan publik di Kabupaten Tangearang. Adapun rumusan visi dan misi yang hendak saya ajukan adalah sebagai berikut:

Sebuah cita masyarakat Tangerang yang sehat, cerdas, mandiri dan sejahtera.

Agaknya formulasi kalimat seperti di atas itu begitu terdengar ideal, sehingga bisa saja melahirkan pemikiran yang justru pesimistis. Di sisi lain, telah banyak berlahiran retorika dan pernyataan politis, yang seringkali bersifat kampanye belaka.

Saya tidak menafikan hal-hal seperti itu. Namun, bukan berarti kita harus menyamaratakan setiap hal dan perkara. Tanpa terlebih dahulu melacak akar argumentasi dan penjelasan yang menyertainya.

Latar belakang hadirnya visi dan misi yang saya ancang, tak lain hasil dari refleksi, analisis dan telaah terhadap berbagai aspirasi serta fakta lapangan, setidaknya yang berkembang di Kabupaten Tangerang. Dengan demikian, visi dan misi tersebut, bukanlah bahasa bersayap yang mengambang dan jauh dari realitas.

Melainkan sesuatu yang potensial bisa dorong realisasi dan perwujudannya. Tentu saja dengan berpijak pada kekuatan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh Kabupaten Tangerang.

Saudara-Saudara yang Saya muliakan
Rumusan visi dan misi yang saya ajukan adalah benar-benar berpijak pada totalitas dan keseriusan dalam membuat perspektif. Jika ditelaah, maka konsep sehat, cerdas, mandiri dan sejahtera adalah benar-benar satu kesatuan yang utuh. Berdimensi fisik, jasmani, ruhani, sosial dan budaya. Ketiga patokan itu, yaitu sehat, cerdas, mandiri, dan sejahtera, bersifat universal serta sejalan dengan Ajaran Islam. Juga paralel dengan berbagai kaidah agama serta ajaran kehidupan manusia lainnya.

Sekurangnya, saya bisa mengajukan beberapa faktor, yang melandasi lahirnya visi dan misi tersebut. Diataranya adalah sebagai berkikut:

Tentang Sehat
Terdapat empat kata kunci dalam pemaparan visi dan misi yang saya ajukan. Masing-masing adalah sehat, cerdas, mandiri dan sejahtera. Formulasi empat bentuk istilah itu, sama sekali bukan parsial atau terpisah-pisah. Melainkan saling berkait erat. Empat hal itu, berdimensi paripurna, yaitu menyangkut jasmani, ruhani, dan lingkungan sosial-ekonomi-politik-budaya. Lebih jelasnya, mari telaah satu per satu.

Bagaimana konsep sehat yang sesungguhnya? Menurut WHO (World Healt Organization, salah satu lembaga internasional yang disponsori oleh PBB), pengertian sehat adalah: suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.

Sementara itu, menurut Undang-Undang Nomor 23, Tahun 1992, Tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.
Dengan demikian menjadi jelas, prioritas utama dan terpenting, jika kita ingin melakukan perubahan ke arah lebih baik, termasuk dalam aspek sosial, ekonomi, politik dan budaya, maka kesehatan harus terlebih dahulu hadir.

Kesemua ini sejalan pula dengan fitrah manusia, sebagai mahluk Allah SWT yang harus selalu bersyukur, bersih, suci, dan terbebas dari berbagai jenis penyakit dan pola hidup yang merusak fisik dan jiwa. Sayangnya, kerapkali faktor kesehatan ini menjadi mudah terabaikan. Sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW bahwa: Ada dua bentuk nikmat yang sering dilupakan, yaitu nikmat sehat dan nikmat waktu luang.

Tentang Cerdas
Jika faktor kesehatan adalah berpijak pada keadaan fisik, kejiwaan dan sosial, maka langkah selanjutnya mengarah pada aktualisasi dari keadaan yang sehat itu, yaitu kecerdasan untuk melaksanakan aktivitas dan amal ibadah.

Ilmu dan pengetahuan saat ini membuktikan, bahwa kaidah cerdas sekalipun adalah berpijak pada multi aspek, yaitu fisik, sosial, jasmani, dan ruhani. Sebagaimana konsep sehat yang telah kami ajukan, maka pengertian cerdas yang kami jadikan visi adalah juga bersifat paripurna dan menyeluruh.

Pengertian cerdas per definisi adalah kondisi mental dan intelektual manusia untuk dapat mengatasi berbagai tantangan dan permasalahan yang dihadapi. Manusia yang cerdas adalah manusia yang bukan hanya memiliki pengetahuan, wawasan, dan intelektual yang baik, tetapi jauh lebih penting adalah kemampuan untuk merespon berbagai problema kehidupan.
Olehnya, pengertian cerdas jauh lebih bernilai dibandingkan dengan pengertian pintar, terampil, atau ahli. Jika istilah pintar, terampil, dan ahli terbatas pada kondisi spesifik seseorang yang terkait dengan ilmu, pengetahuan dan kemampuan teknis, maka istilah cerdas adalah gabungan dari semua faktor tersebut.

Tak aneh, jika kita melihat literatur modern yang kini laku diterbitkan, maka berlahiran inovasi-inovasi baru tentang kecerdasan. Seperti diantaranya adalah:
Kecerdasan Intelektual (atau IQ, Intelectual Quotient), terkait dengan daya dukung mental dan otak dalam menyerap pengetahuan, fenomena, fakta-fakta, dan bahasa. Konsep ini telah hadir puluhan tahun lalu, dan bermula dari eksperimen seorang ilmuan dari Perancis, yaitu Alfred Binnet.

Kecerdasan Emosional (EQ, Emotion Quotient), yaitu berhubungan dengan kemampuan individu dalam melakukan relasi sosial dengan sesamanya. Konsep EQ ini berpijak pada nilai-nilai kesabaran, keyakinan diri, ketangguhan, berpikir positif, optimis dan lain sebagainya.

Konsep EQ menjadi popular setelah Daniel Golemann menulis buku Emotion Quotient.
Kecerdasan Spiritual (SQ, Spiritual Quotient). Konsep ini diperkenalkan oleh Denah Johar, yang melakukan eksperimen terhadap sejumlah orang, dan ia membuktikan bahwa di dalam otak manusia terdapat God Spot, atau titik tuhan, yang bergetar ketika manusia melakukan aktivitas religius. Tetapi inti dari teori ini adalah bahwa manusia membutuhkan hubungan spiritual dengan berpijak pada keimanan dan ke-Tuhanan.

Kecerdasan Mengatasi Tantangan atau Advertisy Quotient, diperkenalkan oleh Paul Scoltz, yang menguraikan tesis bahwa manusia membutuhkan AQ untuk menghadapi berbagai kesulitan yang berat, rumit, dan bersifat darurat (emergence).

Dalam Agama Islam, maka konsep kecerdasan juga menjadi perhatian penting. Perhatikan bahwa wahyu Al Quran yang pertama kali turun adalah tentang membaca (iqra). Menurut pakar tafsir Al Quran, Quraish Shihab, kata iqro ini bersifat umum, bukan hanya membaca ayat kauliyah (atau teks Al Quran), melainkan juga ayat kauniyah (tanda-tanda dan fenomena alam). Di sisi lain, Al Quran juga bertaburan dengan imbauan, seruan, dan penekanan kepada kemampuan berpikir, refleksi, interospeksi diri, peremenungan, dan memetik ibrah (pelajaran). Semua itu membutuhkan kecerdasan, baik dari aspek jasmani dan terutama lagi ruhani.

Tentang Mandiri
Mandiri, memiliki antonim (lawan kata) yang sangat jelas, yaitu ketergantungan. Individu, kelompok, atau bahkan bangsa yang memiliki sifat ketergantungan, maka tidak akan mampu mewujudkan amal kebaikan secara penuh. Karena tentu saja kehidupannya akan diatur serta ditentukan oleh kekuatan lain di luar dirinya. Manusia, dalam kaitan ke-Imanan, hanya boleh tergantung kepada Allah SWT. Hal ini harus dipahami terlebih dahulu, agar kita tidak keliru menafsirkan konsep mandiri sebagai kebebasan mutlak (absolute freedom), ketentuan untuk memilih (free will), dan berbuat tanpa batas.

Mandiri dalam konteks ini adalah melaksanakan fungsi kemanusiaan kita sebagai kahlifah di muka bumi (khalifatullah fil ardh). Al Quran menjelaskan bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang mengubahnya. Oleh karena itu, mandiri dalam konteks ini adalah kemampuan kita melaksanakan potensi-potensi kebaikan yang telah diberikan Tuhan, untuk digunakan demi kemaslahatan ummat manusia. Dalam penjabarannya, tentu termasuk pula kemandirian dalam politik, ekonomi, sosial dan budaya.

Lalu bagaimana dengan keniscayaan zaman, yang menuntut saling kerjasama, berkomunikasi, berinteraksi, dan melakukan kemitraan? Di sini azas kemandirian menjadi penting. Bahwa melakukan kerjasama saling menguntungkan (symbiosis mutualisme), adalah sesuatu hal yang galib saja. Akan tetapi berpijak pada kaidah saling menghormati.

Tentang Sejahtera
Ada begitu banyak pendekatan untuk memahami konsep sejahtera. Tetapi jika dipadukan beberapa unsur yang menonjol dalam konsep sejahtera, maka akan terdiri dari:
Kondisi terbebas dari lapar, haus, terlindungi, dan tertutupi dari ancaman luar. Atau bahasa mudahnya adalah kondisi yang serba tercukupi dari sisi sandang, pangan dan papan.
Kondisi terbebas dari ketakutan.

Kondisi mampu untuk mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan dan kepercayaan.
Kondisi mampu menciptakan kebahagiaan lahir dan batin.

Dengan demikian, rumusan utuh sejahtera adalah suatu keadaan di mana individu mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara baik, dapat mewujudkan nilai-nilai kemanusiaannya (misalnya untuk berbuat baik, menyantuni keluarga dan lain-lain), serta bebas dalam menjalankan aktivitas fisik dan ruhaninya, serta dapat memperoleh kebahagiaan.
Islam bahkan memiliki perspektif yang lebih jauh tentang kesejahteraan, tidak hanya per individu yang dituntut untuk mengamalkan perbuatan yang ihsan (berbuat terbaik), tetapi juga menggapai cita-cita komunitas (kelompok dan bangsa), yaitu masyarakat yang Baldatun, Thoyibatun, Warobbunghofur.

Saudara-Saudara yang dirahmati Allah SWT
Kini, perkenankan saya untuk menelurkan sejumlah gagasan, untuk mendorong terwujudnya lanskap kehidupan Kabupaten Tangerang, yang berpijak pada posisi Sehat, Cerdas, Mandiri, dan Sejahtera.

Sebelumnya, mari kita urai fakta-fakta sosial, ekonomi, dan budaya, yang berkembang di daerah ini. Sebagai bagian penting dari modal kehidupan, sumber daya, fasilitas, nilai kehidupan, lembaga, serta kebijaksanaan lokal, yang menjadi bagian penopang terwujudnya cita idel tersebut.

Kabupaten Tangerang, secara empirik adalah salah satu Kabupaten yang memiliki potensi ekonomi yang besar. Menurut Majalah Warta Ekonomi, Edisi Tahun 2007, Kabuapten Tangerang menempati urutan ke delapan (8), dari 50 Kabupaten/Kota terkaya di Indonesia. Demikian juga modal demografis dan gegorafis, yang sangat strategis, dan berdekatan dengan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Geopolitik dan geoekonomi Kabupaten Tangerang berada di lingkaran inti yang menopang Ibukota Jakarta. Sementara, dari aspek sumber daya manusia, maka potensi Kabupaten Tangerang teramat besar. Karena mutu pendidikan yang lebih baik, akses teknologi, sarana, prasarana, serta dunia kerja yang menyertainya, maka sumber daya manusia di Kabupaten Tangerang tak bisa dipandang under estimate (sepele). Tambahan lain, menurut catatan Dinas Perindustrian Kabupaten Tangerang, yang dipublikasikan oleh Koran Tempo, bahwa di Kabupaten Tangerang, terdapat 5000-an industri yang bergerak di berbagai sektor. Ini tentu asset ekonomi yang luar biasa besar.
Saudara-saudara yang yang saya cintai

Kesemua modal sosial dan ekonomi itu, tentu akan berfaedah besar andaikata jatuh ke tangan pihak yang mengerti manajemen pemerintahan dan manajemen politik yang cerdas, penuh dedikasi, dan memiliki komitmen pada kemaslahatan.

Saya memiliki keyakinan, bahwa sudah saatnya Kabupaten Tangerang menerapkan prinsip- pemerintahan yang bersih (clean government) dan tata kelola yang baik (good governance). Di sertai dengan pemihakan yang kuat terhadap rakyat (political will). Mengedepankan kebijakan public yang tepat (public policy), serta berpijak pada strategi pencapaian tujuan yang akurat (good goal).

Saudara-Saudara yang saya hormati
Aspek normatif dan perspektif politik yang kami ajukan itu, memang bersandar sebagai pijakan awal, demi mewujudkan cita sehat, cerdas, mandiri, dan sejahtera. Namum, saya juga memiliki rancangan konseptual yang bisa diterapkan (applicable). Dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Pertama, mengedepankan tata kelola pemerintahan yang partisipatif. Berbasis tumpu pada kekuatan yang berada di tangan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan.
Bersandar pada azas keadilan ekonomi dan politik, terutama terhadap kelompok rentan yang sering terabaikan, terutama nelayan, buruh dan petani.

Menjadikan pemerintahan desa sebagai ujung tombak pembangunan. Disertai dengan dukungan pendanaan yang jelas. Desa adalah pelaksana pemerintahan, administrasi terkecil dalam sistem pemerintahan kita, akan tetapi selama ini mereka tidak mendapatkan supporting yang jelas.

Menerapkan perencanaan anggaran yang lebih padu, berbasis pada kinerja, evaluatif dan produktif. Saya percaya terhadap reformasi anggaran. Dengan melakukan proses resettlement (penataan) terhadap komposisi anggaran. Agar setiap pos dan alokasi pengeluaran seoptimal mungkin ditekankan pada anggaran pembangunan. Seraya dengan melakukan efisiensi ketat untuk anggaran non produktif.

Melaksanakan program pemerintahan dari desa, dalam bentuk berkantor di desa-desa tertentu, di saat tertentu, dengan penjadwalan yang efektif dan efisien. Hal ini akan berdampak ganda. Yaitu menghidupkan dan memberikan dorongan langsung dalam perbaikan sistem tata kelola yang baik di pemerintahan desa. Sekaligus juga menyerap secara langsung aspirasi desa. Di sisi lain, terdapat sejumlah treatment atau tindakan langsung dalam mengatasi permasalahan masyarakat desa.

Saudara-Saudara yang dirahmati Allah SWT
Perspektif awal, pijakan normatif, serta konsep umum yang telah terurai, adalah bagian dari skenario untuk mewujudkan cita Kabupaten Tangerang yang sehat, cerdas, mandiri dan sejahtera. Tentu saja hal ini membutuhkan kerjasama total dan kemitraan dengan berbagai pihak. Insya Allah, jika saya mendapatkan kesempatan untuk mewujudkan semua itu, maka kita akan sama-sama mampu mendorong cita ideal tersebut.

Saudara-Saudara yang dimuliakan Allah SWT
Demikianlah sekelumit pemaparan Visi dan Misi saya, sebagai salah satu anak bangsa, warga Kabupaten Tangerang, dan bagian dari Ummat, demi mendedikasikan diri untuk kemaslahatan bersama. Sudah tentu, terlalu banyak khilaf dan keliru. Alangkah baik jika sekiranya mendapatkan saran dan masukan, atau kritik, demi kebaikan kita bersama. Terima kasih atas segala perhatiannya.

Wabilahittaufiek wal hidayah
Wassalamualaikkum Warrahmatullah-Wabarakatuh
Tangerang, Maret 2011
H. Akhmad Subadri
Anggota DPD RI
Ketua DPC Partai Demokrat, Kabupaten Tangerang

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More