Ahmad Subadri tak memperolehnya gratis. Ia melakoni medan perjuangan panjang.
Meski terbilang berusia muda, tetapi jejaknya terekam di berbagai bidang. Sedari usia dini, ia telah membukukan aneka prestasi. Semisal di bidang keagamaan, yaitu menjadi Qori Nasional, yang berhasil menggondol piala di aneka even Tilawatil Qur’an.
Warna hidupnya kemudian mengayun ke pengabdian formal di bidang pemerintahan. Yaitu ketika menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang. Sebagai abdi negara, seorang Ahmad Subadri muda pun menyimpan serangkaian idealisme. Tetapi jalan nasib berkehendak lain, persis beberapa tahun paska pengabdiannya sebagai PNS. Spirit untuk selalu kritis, kaya gagasan, dan berani berkompetisi, selalu meluap, hingga itu sulit posisi yang disandangnya itu dipertahankan. Ia kemudian putar haluan.
Tapak meyakinkan kembali tertoreh. Saat ia mengabdi sebagai Ketua KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia) Kabupaten Tangerang. Sebagai pendatang baru di blantika politik pemuda, ia nyaris memberi kejutan kepada khalayak luas (terutama di Kabupaten Tangerang). Begitu terjun di organisasi yang menghimpun berbagai Organisasi Kepemudaan dan Mahasiswa ini, ia langsung terpilih menjadi Ketua.
Melalui KNPI itulah perjalanan karir politiknya mendapatkan pijakan. Ia menjadi tokoh pemuda yang kritis, cerdas, tetapi selalu memberi solus atas berbagai isu sosial yang mengemuka. Namanya mulai berkibar. Tak cuma di lingkaran elit politik, tetapi juga di mata masyarakat seumumnya.
Tradisi Juara
Lantas tak berhenti di situ. Banyak orang yang mengatakan bahwa peluang adalah masalah keberuntungan. Baginya tak selalu begitu.
Ambil contoh, ketika ia sendiri yang merumuskan “adanya” peluang. Persis tatkala Partai Demokrat di Kabupaten Tangerang melakukan Agenda Musyawarah Cabang, guna memilih Ketua DPC Kabupaten Tangerang. Meski tidak berbekal modal segunung, dan memiliki keterbatasan dalam banyak faktor, ia melakukan ijtihad politik, guna ikut berkompetisi. Di even ini, seolah hendak melanjutkan “tradisi juara”, Ahmad Subadri kembali terpilih menjadi ketua.
Visioner. Barangkali inilah satu bentuk julukan yang layak. Dari seorang Qori Nasional, sempat menjadi pegawai negeri, lalu memegang kendali KNPI, lantas didapuk sebagai Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Tangerang, tak membuatnya jumud. Kebalikan dari itu, malah. Tokoh pemuda dari Tigaraksa, Kabupaten Tangerang itu, kembali mengundang decak publik.
Tak lain ketika menyatakan siap bertarung dalam Ajang Pemilu 2009. Tetapi ada perkara yang terbilang tak biasa. Mengapa?
Sekitar 700 ribu orang di Indonesia terdaftar sebagai Calon Legislatif (baik di tingkat DPR RI, DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten). Ahmad Subadri, jika mau, bisa saja menjadi salah satu dari tujuh ratusan ribu nama itu. Tetapi ia memilih jalan lain. Bergerak untuk menang di jalur DPD RI. Sungguh mengherankan, padahal ia Ketua Partai Demokrat, partai yang saat itu berkibar dan digdaya. Tetapi, lagi-lagi pilihan politiknya mendapat pembuktian. Visinya justru terealisasi.
“Saya hanya memberi kesempatan kepada kawan-kawan politisi lain, agar bertarung di legislatif. Biarlah saya memilih posisi sebagai senator,” begitu pengakuannya.
Kini, namanya tak memudar. Justru kian merangkak naik kelas. Kini ia adalah salah satu politisi muda yang diperhitungkan di Kabupaten Tangerang. Langkahnya tak akan pernah berhenti, sebelum mampu mewujudkan visi dan misi untuk menciptakan masyarakat Kabupaten Tangerang yang sehat, cerdas, mandiri dan sejahtera. Insya Allah…