Kenaikan TTL pada 2013lemahkan sektor produktif



Sejumlah asosiasi yang tergabung dalam Forum Komunikasi Asosiasi Nasional (Forkan) menilai, kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) sebesar 15% pada tahun depan akan melemahkan sektor produktif dan memanjakan sektor konsumtif.
Ketua Umum Asosiasi Pemilik Merek Lokal Indonesia (AMIN) Putri K Wardani mengatakan, ketika TTL naik, maka pengusaha akan berupaya agar tidak merugi, sehingga harus menaikkan harga produk.
Namun, kata dia, ketika harga produk naik, pangsa pasar produk lokal akan semakin tergerus dengan produk impor yang lebih murah. Kenaikan TTL, lanjutnya, akan semakin menekan daya saing industri nasional.
"Kami harap, keputusan pemerintah ini bukan keputusan politis," kata Putri, di Jakarta, baru-baru ini.
Menurutnya, kenaikan TTL dinilai tidak tepat jika untuk menghemat anggaran subsidi. Pasalnya, saat ini pelanggan PLN yang merupakan golongan industri ada sekitar 0,08% atau 41.900 pelanggan, kemudian disusul golongan bisnis yang 332 ribu pelanggan atau 0,64%, golongan pemerintah yang 0,55% atau 228 ribu pelanggan, serta 11,6 juta atau 22,50% pelanggan golongan lainnya.
Sedangkan untuk golongan pelanggan rumah tangga (RT) dengan daya 450 VA adalah 22,1 juta pelanggan dan daya 900 VA oleh 17 juta pelanggan. Total pelanggan 450-900 VA mencapai 39,1 juta pelanggan atau sekitar 76,23% dari keseluruhan.
Putri menegaskan, kenaikan TTL untuk pelanggan RT berdaya 450-900 VA hanya menambah beban sebesar Rp4.000-Rp5.000 per bulan. Dia berharap, para pelanggan RT bisa menekan pengeluarannya dengan mengkonsumsi listrik secara bijak dan efisien.
"Ujungnya adalah efisiensi dan sangat mungkin terjadinya PHK. Efek lainnya adalah mempertimbangkan merelokasi pabrik ke lokasi yang lebih mudah dan murah untuk berproduksi. Pemerintah harus berpikir jernih dan jauh ke depan," tegasnya.

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More